Pena siswa

Sendiri dalam gelap

vincent Ferreri Heradi Winanarto

5 Mei 2022


Di sebuah desa yang damai, hiduplah seorang anak kecil yang menggemaskan. Namanya adalah Bara. Ia adalah anak yang sangat jenius di sekolah. Ia selalu menjadi juara kelas. Bara memiliki cita-cita untuk menjadi seorang astronot, ia mau menjelajahi planet lain.

Berita-berita di televisi tidak jarang membicarakan tentang adanya makhluk di luar bumi. Saking seringnya Bara mendengarkan hal itu, ia semakin penasaran. Ia berusaha mencari buku di perpustakaan mengenai makhluk di luar bumi. Tetapi sampai sekarang, ia tidak bisa menemukan buku tentang itu. Bara menjadi semakin penasaran. Ia sampai bertanya kepada teman-temannya. Tetapi Bara malah dianggap sebagai orang yang aneh.

Bara menjadi tidak percaya diri. Nilai-nilainya menurun drastis. Ia dijauhi oleh teman-temannya karena mereka mengira bahwa Bara adalah anak yang aneh. Setiap hari Bara menjadi bahan ejekan teman-temannya. Lama-lama Bara menjadi malas untuk bersekolah. Ia merasa takut jika ia datang ke sekolah.

Seiring berjalannya waktu, Bara yang malas, berusaha untuk berubah. Ia mau menjadi anak yang rajin. Berkat usahanya, sekarang Bara menjadi anak yang sangat rajin dan jenius. Ia dapat mengerjakan soal-soal yang sangat sulit dengan mudahnya. Tetapi, orang tua dan teman-teman Bara tidak menyadari hal itu.

Sepuluh tahun berlalu, Bara sudah beranjak dewasa. Tetapi, ia masih belum memiliki pekerjaan. Orang-orang masih menganggap Bara adalah anak yang aneh.

Hingga pada suatu hari, Bara mendapatkan selembar koran. Ia membaca koran itu. Tiba-tiba, ia menemukan pendaftaran tes untuk menjadi astronot. Bara yang memiliki cita-cita sebagai astronot pun tertarik. Ia mendaftarkan diri dan belajar segiat mungkin untuk mencapai impiannya.

Hari tes telah tiba. Bara sudah mempersiapkannya dengan sangat matang. Ia langsung berangkat menuju kota untuk mengerjakan tesnya. Sesampainya di gedung pengujian, Bara langsung duduk dan menunggu penguji datang. Setelah beberapa menit menunggu, penguji pun datang. Tiba-tiba, penguji itu menertawakan Bara karena pakaiannya yang sangat kotor.

“Kamu yakin bisa ngerjain soal ini? Hahaha…” ujar penguji.

“Saya yakin saya bisa,” lanjut Bara.

“Hahaha…, coba aja buktikan!” lanjut penguji.

Tak lama, Bara diberikan lembar ujian. Tanpa pikir panjang, Bara langsung mengerjakan soal-soal itu. Tanpa diduga, Bara bisa mengerjakan soal-soal itu dengan sangat cepat. Dalam satu menit, ia sudah menyelesaikan soal-soal itu.

Penguji tetap tidak percaya dan menertawakan Bara. Ia mengira Bara mengerjakannya dengan asal-asalan. Tetapi, pada saat penguji mengoreksi jawabannya, ternyata Bara mendapat nilai sempurna. Penguji itu menyesal sudah merendahkan Bara.

“Maaf, aku sudah memandangmu rendah…” ujar penguji.

“Gak masalah, udah setiap hari saya begini,” lanjut Bara.

Setelah semua selesai, Bara mendapatkan akses untuk pergi ke luar angkasa. Bara merasa sangat puas dan senang. Ia langsung bergegas pulang ke rumah untuk mengemas barang-barangnya.

Sesampainya di rumah, Bara disambut oleh kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya terharu melihat anaknya yang berhasil. Orang tuanya tidak menyangka Bara bisa menjadi seorang astronot. Tak lama kemudian, Bara langsung mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa.

Hari yang sangat ditunggu telah tiba. Bara sudah siap untuk berangkat. Sesampainya di lokasi peluncuran, Bara disambut oleh rekan-rekan kerjanya. Tak lama, Bara dan rekannya segera masuk ke pesawat yang akan diluncurkan.

“Tiga, dua, satu!” pesawat pun diluncurkan.

Beberapa tahun sudah berlalu, Bara sudah terbiasa hidup di luar angkasa. Bara dan rekan-rekannya akan mengunjungi planet bernama Yuna. Planet itu sangatlah dingin dan gelap. Mereka sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekarang saatnya mereka berangkat.

Sesampainya di planet Yuna, mereka langsung bersiap untuk mulai menjelajahi planet itu. Setelah semuanya siap, mereka semua turun dan mulai menjelajah. Planet itu sangatlah gelap. Tidak ada cahaya dari mana pun. Hanya senter mereka yang dapat digunakan. Mereka semua harus sangat berhati-hati saat menjelajahi planet itu.

Bara juga menyadari bahwa tidak ada makhluk hidup lain selain di bumi. Ia tidak menemukan makhluk apa pun di planet itu. Mungkin karena suhu yang sangat dingin.

Setelah lama menjelajahi planet itu, mereka pun kelelahan. Mereka berusaha mencari tempat beristirahat yang aman. Belum juga mendapatkan tempat untuk beristirahat, tiba-tiba, tsunami yang sangat besar melanda planet itu. Mereka semua panik. Tanpa berlama-lama, mereka semua langsung berlari secepat mungkin menuju pesawat untuk menyelamatkan diri.

Tidak lama kemudian, terjadi goncangan yang dahsyat. Gempa juga tetiba muncul di planet itu. Mereka semakin kesusahan untuk berlari menuju pesawat. Dengan napas yang sesak dan detak jantung yang semakin cepat karena berlari sekencang mungkin, semua rekan Bara sampai di pesawat. Tetapi Bara kurang bruntung. Ia masih tertinggal di jauh di belakang rekannya.

“ Hai!! Tunggu, aku masih di sini!” teriak Bara dari kejauhan.

Tsunami semakin menjadi. Jika menunggu Bara, tidak akan selamat. Mereka semua bergegas menyalakan mesin pesawat dan mencoba terbang menjauhi planet itu.

Tinggal Bara seorang di planet Yuma. Berbekal sisa tenaga yang dimiliki, Bara berusaha untuk mencari tempat yang aman untuk menghindari tsunami itu. Untungnya, ia menemukan sebuah batu besar. Ia berlindung di sana..

Alhasil, ia selamat dari bencana tsunami itu. Bara langsung menghela napas panjang di sebelah batu besar itu. Di atas langit ia melihat ledakan cahaya. Suaranya yang sangat nyaring membuatnya tertegun. Ternyata, pesawat yang dinaiki rekan Bara tertabrak oleh tsunami yang sangat tinggi dan deras. Bara ingin melihat pesawat itu, tetapi bencana masih melanda planet Yuna.

Waktu berlalu, tsunami di planet itu pun sudah hilang. Bara segera berlari menuju pesawat yang ia lihat. Pesawat itu sudah sangat hancur. Rekan kerja Bara sudah membeku karena suhu yang sangat dingin. Bara tidak tahu lagi mau berbuat apa.

Bara ingin pulang, tetapi tidak ada satu pun yang tersisa di planet itu. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan lagi. Ia berteriak sekencang mungkin hingga kehabisan tenaga. Ia tahu, ia hanya bisa menunggu sampai ada yang datang menjemputnya.

Mau tak mau, ia tinggal di planet itu sambil menunggu bantuan datang. Dengan sisa makanan yang ada di dalam bangkai pesawat, di situlah kemampuan bertahan hidup Bara diuji.

***

Tahun hingga tahun berlalu. Hingga pada suatu hari, Bara melihat sebuah benda putih terbang di atas langit. Ia berharap kalau itu adalah kru cadangan yang segera menjemput Bara. Benda itu semakin dekat. Benar saja, benda itu adalah pesawat yang mau mendarat di planet yang Bara tinggali. Bara langsung berlari menuju benda itu dengan harapan dijemput oleh kru cadangan.

Orang-orang di dalam pesawat itu pun keluar. Ternyata, mereka adalah teman-teman Bara yang mengejeknya semasa kecil. Mereka langsung berpelukan dan meminta maaf kepada Bara.

“Maaf ya, Bara. Kami sudah mengejekmu dulu…” ujar teman-teman Bara.

“Gak apa-apa. Kok kalian tau kalau aku di sini?” lanjut Bara.

“Dulu kami lihat berita di televisi tentang masalah ini. Lalu kami melaporkannya kepada pemerintah untuk menyelamatkanmu.” ujar salah satu teman Bara.

“Ooo… begitu. Terimakasih banyak!” lanjut Bara.

Bara langsung diajak masuk ke dalam pesawat. Mereka langsung meluncur meninggalkan planet Yuna.

Bertahun-tahun berlalu, akhirnya mereka sampai di bumi. Ketika mereka membuka pintu pesawat, mereka disambut dengan kerumunan warga yang merindukan Bara. Mereka mengucapkan selamat atas kembalinya Bara.

“Bara selamat…!” teriak kerumunan orang itu.

Bara terharu dan memeluk kedua orang tuanya yang sudah menunggu. Teman-teman Bara juga ikut memeluk Bara. Sekarang mereka hidup seperti biasanya. Bara juga dinobatkan sebagai astronot paling hebat di dunia. Walaupun diberikan banyak uang dan penghargaan, Bara tetap hidup sederhana seperti dulu.