Pena siswa

Direalisasikan oleh pintu

Stephany Christy Jovitamika

5 April 2022


Pada suatu hari, ada seorang anak perempuan kecil bernama Ana. Dia sedang duduk di depan rumahnya. Pada saat itu, dia merasa sedih dan bosan karena pada liburan akhir tahunnya, dia tidak bisa pergi ke mana-mana. Padahal, dia ingin sekali bisa pergi berlibur. Waktu itu, Ana sangat berharap supaya dia bisa berlibur. “Entah itu ke pantai, ke taman bermain, ataupun ke mana aja deh yang penting aku bisa liburan,” ucap hati kecil Ana. Kemudian, Ana pun berinisiatif untuk berdoa kepada Tuhan. Di dalam doanya itu, Ana berkata, “Ya, Tuhan. Aku ingin sekali bisa pergi berlibur, pada liburan akhir tahun ini. Tapi, aku enggak tahu gimana caranya, supaya aku bisa pergi berlibur.”


Tiba-tiba, ada sekelompok anak kecil yang mendekat ke arah Ana. Ana merasa penasaran dengan anak-anak kecil itu. Akhirnya Ana mendekat ke arah mereka, tapi anak-anak kecil itu langsung pergi jauh entah ke mana, mereka langsung menghilang begitu saja. Tapi, setelah itu, Ana merasakan ada sesuatu yang terlihat tidak jelas di depannya.


Tiba-tiba, semua yang ada di sekeliling Ana tertutup oleh asap yang sangat tebal dan berbau tidak sedap, sehingga mata Ana pun terasa sangat perih. Seketika, bau tak sedap itu pun sudah tidak ada lagi, dan Ana langsung membuka matanya yang tadi tertutup. Saat Ana membuka mata, asap yang sangat tebal itu sudah hilang, tapi tiba-tiba di depan Ana terdapat sebuah pintu. “Hmm, pintu apa ini? Mengapa tiba-tiba di depanku ada pintu?” ucap Ana. Ana, merasa sangat penasaran dengan pintu yang ada di depan nya itu. Ana ingin mencoba masuk ke dalam pintu itu, tapi dia merasa ragu-ragu. “Kalau aku masuk, terus nanti aku nggak bisa keluar lagi, gimana?” ucap Ana. Akhirnya, Ana pun memberanikan dirinya untuk masuk ke dalam pintu itu seorang diri. “Aduh, semoga aku enggak kenapa-kenapa, deh,” kata Ana.


Saat Ana mulai masuk ke dalam pintu itu, tiba-tiba ada cahaya yang sangat terang bersinar ke arah Ana. “Kenapa jadi silau begini?” kata Ana. Tapi, sedikit demi sedikit cahaya itu mulai hilang, dan Ana pun merasa sangat terkejut. “Wow, keren banget!, aku di mana ini?” Ana kaget, karena dia tiba-tiba berada di suatu tempat yang sangat indah. Di tempat itu terdapat pantai dengan laut biru yang sangat indah, taman bunga yang berwarna-warni, taman bermain, bahkan ada juga dunia kartun di sana.

“Tapi, kok ada yang aneh ya dari tempat ini, ujar Ana,” Ana pun berpikir, “Siapa ya, yang membawa aku ke tempat ini? Eh, tapi, kok pintu yang tadi bisa tahu ya, kalau aku lagi pengen banget liburan. Terus, pas aku masuk ke dalem pintu itu, aku langsung ada di tempat yang bagus kaya gini. Apa jangan-jangan, anak-anak kecil tadi?! Apakah mungkin mereka yang membawaku ke tempat ini?” Ana mulai merasa khawatir, karena dia sama sekali tidak tahu siapa yang membawa dia ke tempat ini.


“Anak-anak kecil itu! Kok, mereka bisa ada di sini juga?” Ana sangat terkejut karena anak-anak kecil itu tiba-tiba ada di dalam tempat yang sangat indah ini, bersama Ana. Akhirnya, Ana pun bergegas untuk mendekati mereka. Tetapi saat Ana berusaha mendekati anak-anak kecil itu, mereka malah kabur seperti orang yang sedang ketakutan. Ana pun akhirnya mencoba lagi untuk mendekati mereka. Ana mulai berjalan perlahan, dan akhirnya anak-anak itu tidak kabur lagi seperti sebelumnya. Setelah Ana berhasil mendekati anak-anak kecil itu, Ana mulai memperkenalkan dirinya dan bertanya kepada mereka, “Halo, semuanya. Kenalin, aku Ana. Aku boleh tidak bertanya kepada kalian?” Anak-anak kecil itu kemudian mengangguk perlahan. “Ok, jadi, siapa kalian sebenarnya?” tanya Ana perlahan. Perasaan Ana sangat deg-degan saat itu. Pikiran Ana juga sudah kemana-mana.


Ana sangat takut kalau mereka akan berbuat suatu kejahatan. “Aduh, siapa ya mereka sebenarnya. Aku takut banget, kalau ternyata mereka disuruh orang jahat untuk menculik aku gimana? Ya Tuhan, tolong lindungilah aku,” ucap hati kecil Ana. Tiba-tiba, mereka pun mulai menjawab dengan suara yang lantang dan sangat kompak, “Kami adalah penghuni tempat ini, tenang aja Ana, tidak usah takut, kami orang baik, kok.” Pada saat itu Ana merasa jauh lebih tenang, karena dia sudah mengetahui siapa mereka sebenarnya. Lalu, Ana bertanya lagi kepada mereka, “Apakah kalian yang membawaku ke tempat ini, dan memunculkan pintu itu? Dan mengapa kalian membawaku ke tempat ini?” Mereka pun menjawab, “Hehehe, iya Ana. Kami yang membawamu ke sini, dan kami juga yang memunculkan pintu itu di depan rumahmu. Karena kami tahu, bahwa kamu tadi sedang sedih. Gara-gara kamu tidak bisa pergi ke mana-mana, saat sedang liburan akhir tahun ini.” Saat Ana mendengar ucapan mereka itu, Ana merasa sangat senang dan terharu. “Ternyata kalian benar-benar anak yang sangat baik, ya! Aku sangat senang bisa bertemu sama kalian. Terima kasih, ya, karena kalian aku jadi bisa liburan dan tidak merasa bosan pada libur akhir tahun ini.”


Setelah mereka asyik ngobrol-ngobrol bersama, Ana memutuskan untuk mengajak anak-anak kecil itu bermain. “Hmm, kita main, yuk!” ucap Ana. “Ayooo, aku mau, aku mau main!” Anak-anak kecil itu sangat senang karena, ingin diajak Ana bermain. Lucu banget ya, mereka. Kemudian Ana bertanya lagi kepada mereka, “Kira-kira kita ke mana dulu ya, yang seru? Kita ke pantai, taman bunga, taman bermain, atau dunia kartun? Kalian mau ke mana dulu, nih?” Lalu salah satu anak itu menjawab, “Aku mau ke pantai dulu!” Eh, tapi ada anak lain yang bicara, “Ih, ko ke pantai dulu, sih. Kan aku maunya ke dunia kartun dulu.” Melihat anak-anak yang sedang bersaut-sautan itu, Ana hanya bisa tertawa saja. Ana pun kemudian mulai mencari solusi, supaya anak-anak itu tidak bersaut-sautan lagi. “Udah, udah jangan bersaut-sautan seperti itu. Gimana kalo kita hompimpa aja untuk nentuin tempat bermain yang akan kita kunjungi pertama kali, kalian setuju nggak?” Wah, ternyata anak-anak itu sangat setuju untuk hompimpa saja. “Iyaa aku setuju, kita hompimpa aja,” sahut salah satu anak kecil itu. Lalu, mereka pun mulai hompimpa. Setelah hompimpa, ternyata Ana yang harus menentukan kemana tempat pertama yang akan dikunjungi terlebih dahulu. “Ok, kayanya aku mau ke taman bunga dulu, deh.”


Akhirnya mereka pun mulai masuk ke taman bunga, dan ternyata, “Wowww, bagus banget! Ini cantik sekali, bunga nya sangat indah dan berwarna-warni. Aku suka banget!” Ucap Ana yang sangat kegirangan melihat taman bunga yang indah. Anak-anak kecil itu juga sangat senang dan mereka juga terkejut. Ternyata bunga-bunga yang ada di taman ini, sangat indah. Setelah dari taman bunga, mereka lanjut berjalan. Anak-anak kecil itu kemudian ingin pergi ke pantai. Karena mereka ingin bermain air di laut, katanya. “Ok, ayo kita ke pantai,” ucap Ana. Anak-anak kecil itu sangat senang, mereka tidak sabar untuk bermain air di laut. Sesampainya di pantai, anak-anak kecil itu langsung membasahi diri mereka dengan air laut. Kemudian, Ana dan anak-anak itu pun bermain bersama di laut. Mereka berenang di laut, menikmati pemandangan yang indah, dan mereka juga membuat istana pasir di pantai.


Setelah asyik mengelilingi tempat yang sangat indah, dengan berat hati Ana harus kembali pulang ke rumahnya diikarenakan liburan akhir tahunnya sudah mau berakhir. Anak-anak kecil itu sangat sedih karena harus berpisah dengan Ana. “Ana, nanti kita bisa ketemu dan main bareng-bareng lagi, kan?” Ucap anak-anak kecil itu. Mendengar ucapan anak-anak itu, Ana merasa sangat sedih, dan Ana pun berusaha untuk menghibur anak-anak kecil itu, “Kalian jangan sedih, ya. Pasti nanti kita akan ketemu lagi, kok.” Padahal sebenarnya Ana juga merasa sedih karena harus berpisah dengan mereka, tapi Ana harus berusaha tegar di depan anak-anak kecil itu.


Akhirnya, Ana dan anak-anak kecil itu pun menjadi seorang teman yang sangat dekat. Seketika mereka sudah menjadi sangat akrab, tidak seperti pada saat pertama kali mereka bertemu. Mereka sangat bahagia bisa bertemu, dan memiliki waktu liburan bersama seperti ini. “Dadah, sampai ketemu lagi, ya.” Ana pun mulai berpamitan dengan anak-anak itu. Saat Ana sedang berpamitan, anak-anak itu benar-benar tidak kuat untuk menahan air matanya. Anak-anak itu sangat sedih, sampai mereka pun menangis. Di satu sisi Ana sebenarnya tidak tega untuk meninggalkan anak-anak itu. Tapi, di sisi lain, Ana juga harus kembali pulang untuk melanjutkan sekolahnya. Setelah anak-anak ini sudah tidak menangis lagi, Ana memutuskan untuk membuat salam persahabatan supaya bisa menjadi kenang-kenangan bagi mereka semua. “Sahabat selamanya!” Ucap Ana. Kemudian anak-anak itu mulai bersaut-sautan dengan penuh semangat sambil mengucapkan, “Sahabat selamanya!”


Ana sangat berterima kasih kepada anak-anak ini karena sudah mewujudkan keinginannya untuk bisa berlibur pada akhir tahun. “Terima kasih banyak, ya. Karena kalian sudah mewujudkan keinginan aku untuk berlibur.” Anak-anak kecil itu sangat senang mendengar ucapan terima kasih dari Ana. “Sama-sama, Ana. Kami juga senang sekali, bisa mewujudkan keinginan Ana.” Setelah selesai berpamitan kepada anak-anak kecil itu, tiba-tiba pintu yang waktu itu muncul, sekarang muncul lagi di hadapan Ana. Berarti, memang ini sudah waktunya untuk Ana kembali lagi ke rumahnya. Ana dan anak-anak kecil itu saling melambaikan tangan, sambil berkata, “Sampai jumpa lagi.” Lalu, Ana masuk ke dalam pintu itu. Dan benar saja, ketika Ana keluar dari pintu itu, Ana sudah berada tepat di depan rumahnya. “Memang pintu ini benar-benar ajaib,” ucap Ana. Perlahan, Ana mulai duduk di depan rumahnya. Dia merasa sangat bahagia, dan sudah tidak sedih lagi. Muka Ana begitu ceria dan terlihat tampak bersemangat. Karena, apa? Karena, keinginannya untuk bisa berlibur pada liburan akhir tahun ini, sudah direalisasikan oleh pintu.