Bersatu untuk indonesia maju: buah pikir celine karunia ruth s.m/9B
Sebuah tulisan hasil pena Celine Karunia Ruth Sixtinova Mailoa, kelas 9B yang memenangkan juara 1 Lomba Bercerita pada Festival Merah Putih tahun 2020 yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kota Bogor
Kurang lebih sudah lima bulan berlalu semenjak pemerintah meminta seluruh masyarakat Indonesia untuk melakukan segala aktivitas di dalam rumah. Tentu saja kebijakan yang satu ini dilaksanakan dengan alasan yang kuat, untuk mencegah terjadinya penyebaran COVID-19. Sayangnya, kebijakan ini tidak menguntungkan seluruh masyarakat Indonesia. Masih banyak masyarakat Indonesia yang terpaksa keluar rumah untuk bekerja demi mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-sehari.
Untuk menyesuaikan situasi dan kondisi saat ini, banyak sekolah melaksanakan kegiatan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) yang mewajibkan para murid untuk mengikuti pembelajaran dari sekolah secara daring. Namun menurut sebagian orang, PJJ dinilai kurang efektif karena tidak semua orang mampu mengakses dan membeli kuota internet serta masih banyak kendala lainnya yang dapat menghambat berjalannya kegiatan PJJ.
Kegiatan PJJ ini menjadi keresahan bagi sebagian murid, mereka yang rindu untuk kembali bertatap muka dan belajar seperti biasa di ruang kelas bersama guru dan teman-teman. Termasuk aku dan teman-temanku yang setiap hari hanya bisa berharap agar keadaan dapat kembali seperti sedia kala. Ketika kita semua dapat bebas bersekolah, belajar, bermain, bekerja, beribadah, dan melakukan aktivitas lainnya tanpa adanya kekhawatiran akan COVID-19.
“Huh, kurva kasus COVID-19 makin tinggi. Kalau kayak gini terus kapan bisa belajar di sekolah lagi?” gumamku ketika melihat layar handphone yang menunjukkan kurva kasus COVID-19 yang meningkat “Sudah… yang penting sekarang kamu bersyukur dulu, masih bisa lancar ikut PJJ, masih bisa kumpul sama keluarga. Di luar sana ada banyak orang yang terpaksa beraktivitas di luar rumah bahkan ada yang tidak bisa bertemu dengan keluarganya,” ucap ibuku.
“Iya sih, tapi aku bosen. Sekolah tetap jalan tapi gak bisa ketemu temen.”
“Bukannya kalian sering chatting? Kalian juga sering telponan kan?” “Iyaaa, tapi jelas suasana dan rasanya beda.”
“Bagaimana kalau kamu perbanyak kegiatan positif di rumah? Cari kesibukan supaya gak bosen-bosen terus” saran ibuku.
“Oiya, boleh juga," sahutku mengiyakan.
“Ya sudah, semangat ya! Lagi pula dengan beraktivitas di dalam rumah kita sudah bisa membantu para tenaga medis yang selalu berjuang di garda terdepan,” ucap ibuku.
“SIAP!!” jawabku sambil mengacungkan jempol dengan penuh semangat. Mulai saat itu, aku terus berpikir hal-hal positif apa saja yang dapat aku lakukan sehingga aku tetap produktif di masa pandemi ini. Untuk mewujudkan apa yang telah aku pikirkan aku harus melakukan satu hal penting, menyingkirkan rasa malas. Ya, ialah monster yang sering kali menghambatku dalam menuangkan ide-ide yang aku miliki. Namun kali ini, aku bertekad untuk mengalahkannya, bangkit dari rasa malas dan mulai bergerak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
Selama kegiatan PJJ berlangsung, aku melatih diriku untuk semakin tekun dan rajin mengerjakan tugas sekolah. Mengerjakan tugas sekolah memang sudah menjadi kewajiban seorang murid, namun hal ini juga dapat melatih diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin, kreatif, dan bertanggung jawab. Selain itu, di masa pandemi ini, guru dan murid dituntut untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang terbatas. Guru dan murid dituntut untuk memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Hal ini terjadi padaku, aku terus meningkatkan kreatifitas yang aku miliki selama di rumah untuk menghasilkan karya-karya yang tidak hanya bermanfaat bagi diriku tapi juga bermanfaat bagi orang lain. Contohnya aku membuat video untuk mensosialisasikan apa yang perlu kita lakukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.
Sedikit cerita, rutinitas sehari-hariku kini berubah, yang biasanya aku harus bangun pukul lima pagi untuk bersiap ke sekolah, sekarang aku bisa menikmati waktu tidurku hingga pukul setengah tujuh pagi. Mandi, mengenakan seragam, sarapan, lalu duduk di depan laptop dari pukul delapan hingga pukul dua siang. Aku juga harus mengerjakan tugas sekolah dan tugas-tugas lainku di rumah. Bisa dilihat bahwa sekolah yang paling bertanggung jawab merampas waktu yang kumiliki. Serangkaian kegiatan ini merupakan rutinitas yang tak biasa namun lama-lama jadi terbiasa. Kegiatan yang melelahkan namun harus tetap dijalankan karena sudah menjadi suatu kewajiban.
Walau kegiatan PJJ membuat penat dan lelah sering kali datang menghampiriku, tapi aku bisa belajar banyak dari kegiatan ini. Aku jadi lebih bisa menghargai waktu yang aku miliki di rumah, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, dan lagi-lagi mencoba untuk tetap produktif. Tak hanya itu, tugas-tugas selama PJJ yang sering kali mengangkat tema COVID-19 membuatku tertarik untuk menelusuri berita, penelitian, maupun fakta terbaru tentang COVID19. Tiap hari aku selalu mengujungi situs-situs resmi yang memperlihatkan jumlah kasus baru COVID-19 dan berita terbaru tentang COVID-19 di Indonesia. Aku memang bisa belajar banyak dari kegiatan PJJ ini, tapi tak bisa dimungkiri bahwa PJJ memang tidak 100% efektif, penerapannya tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Di kota-kota besar saja jaringan internet yang selalu stabil sukar untuk didapat bagaimana di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia? Para tenaga pengajar pun merasa lebih kesulitan dalam memantau siswa-siswinya selama PJJ, sampai keadaan ekonomi yang menjadi tembok penghalang dalam berjalannya kegiatan PJJ. Begitu pula di sekolah ku, kegiatan PJJ tak selalu berjalan lancar, setiap hari ada saja kendala yang kami rasakan. Menurutku sendiri, pembahasan guru ketika tatap muka di sekolah memang lebih mudah dipahami ketimbang pembahasan guru ketika PJJ. Bisa dibuktikan bahwa ternyata kegiatan belajar mengajar tatap muka tidak dapat digantikan begitu saja terutama dengan situasi yang mendadak seperti sekarang ini.
Untuk situasi saat ini, PJJ memang menjadi solusi terbaik untuk mencegah penyebaran COVID-19 terutama pada usia anak-anak dan remaja. Dan aku yakin, kita semua pasti mengharapkan hal yang sama setiap harinya, berharap agar keadaan dapat kembali seperti sedia kala. Kita harus berjuang bersama agar keadaan dapat kembali seperti sedia kala, agar kegiatan belajar mengajar tatap muka di sekolah dapat kembali terlaksana. Mulailah dari diri kita sendiri, walau kita sudah berada dalam fase “New Normal” bukan berarti kita bebas bepergian ke mana saja tanpa memperhatikan protokol kesehatan. Setiap bepergian ke luar rumah, perhatikan protokol kesehatan yang berlaku, tetap gunakan masker, mencuci tangan, dan jaga kebersihan.
Permasalahan COVID-19 ini tidak bisa kita sepelekan, Indonesia maju kalau rakyatnya mau bersatu. Yuk! Dengan semangat kemerdekaan kita bersatu, sama-sama tetap diam di rumah dan tetap patuhi protokol kesehatan yang berlaku. Manfaatkan waktu yang kita punya saat ini dengan sebaik-baiknya. Keluar rumah hanya untuk keperluan penting. Memang banyak rintangan yang harus kita hadapi, namun aku percaya jika kita semua bisa bersatu, sama-sama berjuang, kita bisa merdeka dari COVID-19 dan dapat beraktivitas kembali seperti sedia kala.
Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-75, bersama kita bangun Indonesia maju. Kita bersatu lawan COVID-19, bekerja sama untuk merdeka dari COVID-19. Tetap jaga jarak, jaga kesehatan, dan tetap semangat.