Kolaborasi

kolaborasi: seniman, pendidikan, dan harapan

Oleh Rico Aditama,S.Hum


Seniman tidak pernah jauh dari dunianya. Melalui karya, seniman selalu ingin membuat orang lain turut merasakan hasilnya. "Seniman selalu berkata bahwa dunia adalah seni. Seni yang akhirnya membuat dunia menjadi indah, tak jauh dari apa yang sedang ada di dalam pikiran sang seniman,” Panggih S. Perwira).


Pemikiran seorang seniman sering ditampilkan melalui sesuatu yang tidak terpikirkan oleh banyak orang. Mengutip Nashar, pelukis kelahiran Pariaman Sumatra Barat, “Modal utama seniman adalah apa kata hatinya.” Pernyataan tersebut menegaskan bahwa keterlibatan seniman menyebabkan mereka akan merasakan keindahan bersama orang-orang yang ada di sekitarnya.


Sabtu (3/10/2020), di Sungai Ciliwung, Kota Bogor, para seniman jalanan yang tergabung dalam komunitas Rumah Kreatif Penghuni Kolong (RKPK) melakukan kegiatan yang patut dicontoh. Mereka membersihkan sampah di sungai tersebut.


Kegiatan dilaksanakan dalam rangka merayakan Milangkala RKPK yang ke -7. Kegiatan mengambil tema Doa Kami untuk Negri. Kegitan dilaksanakan dengan beberapa acara, mulai dari berdoa bersama, bersih – bersih sampah di Sungai Ciliwung, pertunjukan Musikalisasi Puisi dan Seni Lukis, serta diskusi budaya dan lingkungan hidup.


Kegiatan yang didukung oleh Disparbud Kota Bogor ini turut menggandeng elemen masyarakat seperti Keboenkami, Komunitas Pemuda kalibata (Kompak), Bikers Brotherhood 1% MC-Check Point Bogor, Forum aliansi seniman jalanan (folusi senja ), Dapur Pelukis Bogor, SMP Regina Pacis, Paguyuban Pengusaha Karaoke dan Cafe (Paus Bakar), Komunitas Kebudayaan Kota Bogor (Karuhun), Mico Eco Print, SMP AL-Mustarih, Komunitas Pecinta Sungai Ciliwung, dan kelompok lainnya.



Koentjaraningrat memiliki istilah kehidupan kolektif makhluk manusia. Istilah ini dapat digunakan dalam kegiatan bebersih Sungai Ciliwung, Kota Bogor yang dilakukan oleh RPKK.


Kegiatan tersebut, diwujudkan dalam

aktivitas kerjasama serta berkomunikasi yang seturut dalam kehidupan kolektif manusia.


Kegiatan itu sendiri meleburkan pengaruh ciri-ciri ras, baik Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid yang turut mengevolusi otak yang khas. Evolusi otak manusia yang khas dimaksudkan dengan mengembangkan kemampuan yang disebut akal.


Akal inilah yang memicu suatu tingkah laku efektif dalam menanggulangi masalah hidup, sehingga polanya menjadi mantap. Hal ini kemudian menjadi adat yang dilaksanakan oleh beberapa elemen yang tergabung dalam kegiatan membersihkan sampah di Sungai Ciliwung.


Termasuk dua sekolah yang turut bergabung dalam kegiatan ini, SMP Al-Mustarih dan SMP Regina Pacis. Kedua sekolah menengah pertama ini membuktikan bahwa tujuan setiap upaya pendidikan adalah memanusiakan manusia. Melalui keterlibatannya, kedua sekolah mengaktualkan potensi siswa agar benar-benar menjadi manusia sejati.


Emanuel R. Jati atau biasa disapa Pak Jati (Wakasek. Kesiswaan SMP Regina Pacis) menyampaikan bahwa keterlibatan sekolah dalam acara ini dapat dimaknai beberapa hal. Pertama untuk menanamkan karakter baik kepada siswa, “kami mengajak satu murid, yaitu Kelvin Surjana (Ketua Osis SMP Regina Pacis). Kedua, di tanggal 4 Oktober, sekolah kami memperingati peringatan Santo Fransiskus. Di mana dalam ajaran Katolik, sosok Santo Fransiskus adalah sosok yang peduli terhadap alam dan makhluk hidup. Jadi kegiatan ini membawa semangat baik yang sama dengan semangat Santo Fransiskus. Ketiga, sekolah ingin membangun relasi baik dengan berbagai elemen masyarakat.


Selain memiliki kekuatan fisik dan kemampuan berpikir, manusia tetaplah manusia. Ia memiliki jiwa dan hati. Melalui kemampuan fisik dan kemampuan berpikirnya, manusia perlu untuk terus mengembangkan dan mengaktualkan diri. Jika demikian halnya, maka setiap upaya dan proses pendidikan mampu melihat dan menggarap aspek potensi kemanusiaan (Haidar Bagir, Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia/2019).


Semangat di Sungai Ciliwung menampilkan sinyal aktif yang positif, bahwa seniman turut menampilkan kegiatan yang berguna bagi banyak orang. Melalui kehidupan kolektif makhluk manusia serta pola tingkah laku / kegiatan manusia tersebut yang kemudian dapat menjadi adat-istiadat. Semuanya berawal dari akal dan semangat yang semakin memberi tahu bahwa tidak ada yang tidak bermanfaat dan bisa dimanfaatkan di dunia ini.



Wilujeng Milangkala Rumah Kreatif Penghuni Kolong (RKPK) yang ke -7!