Psikoedukasi

penilian/Ujian jarak jauh: menguji sikap disiplin dan kejujuran

Scholastica P. Putri

Desember 2021

Pandemi COVID-19 mendisrupsi semua poros kehidupan. Tak terkecuali bidang pendidikan. Semula, proses kegiatan belajar-mengajar seyogyanya dilakukan di dalam kelas. Guru bertemu muka dengan para muridnya, secara langsung.


Sebenarnya, diskusi mengenai disrupsi sudah ada jauh sebelum pandemi COVID-19 terjadi. Dikutip dari berbagai sumber, disrupsi merupakan teori yang diciptakan oleh Prof. Clayton Christensen, pada tahun 2014. Christensen memberikan prediksi yang membuat dunia tercengang: “50% dari seluruh universitas di AS akan bangkrut dalam 10-15 tahun ke depan.” Penyebabnya, karena universitas-universitas itu terdisrupsi oleh beragam terobosan inovasi seperti online learning dan MOOCs (Massive Online Open Courses).


Pertengahan Maret tahun 2020 merupakan titik balik disrupsi tersebut. Saat itu, di Indonesia, COVID-19 mengakibatkan dunia pendidikan kalang kabut untuk menyesuaikan diri. Awalnya, rencana belajar dari rumah hanya akan dilaksanakan selama dua pekan. Namun, yang terjadi sunggu di luar perencanaan awal. Bahkan hingga tulisan ini terbit, pembelajaran jarak jauh masih tetap dilaksanakan.


Beruntungnya, SMP Regina Pacis bisa membaca lebih awal terkait disrupsi yang akan terjadi, yaitu dengan membawa metode belajar SMART CLASSROOM. Pada tahun 2018, SMP Regina Pacis berkenalan dengan salah satu konsultan pendidikan mengenai penggunaan gawai di bidang pendidikan.


Di tahun itu, ada lima orang guru yang dibekali dengan device yang dapat digunakan untuk menunjang proses pembelajaran agar bisa berkolaborasi dengan teknologi. Siswa diajar dengan metode baru yang menyenangkan dan sesuai dengan zamannya. (ketuk di sini untuk melihat profil awal smart classroom).


Di tahun 2019, SMP Regina Pacis mulai memberanikan diri untuk menggunakan teknologi di kelas. Sebanyak lima kelas mengadopsi metode pembelajaran Smart Classroom. Para siswa mulai dikenalkan dan dibiasakan dengan penggunaan teknologi yang bisa dimaksimalkan untuk proses belajar. Dengan dibekali teknologi, siswa diajarkan bertanggungjawab terhadap penggunaannya.


Ketika pandemi mulai terjadi dan disrupsi berlangsung, SMP Regina Pacis sudah memiliki bekal untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Dengan sigap, bembelajaran jarak jauh ditata sedemikian rupa sehingga pembelajaran tetap dapat dilaksanakan, begitu pula dengan penilaian/ujian.


Bulan Maret 2020, ketika masa pembelajaran jarak jauh dimulai merupakan masa penilaian/ujian untuk siswa kelas IX. Berbekal dengan kemampuan berteknologi yang dimiliki, SMP Regina Pacis memberanikan diri melakukan Ujian Sekolah yang mungkin satuan pendidikan lainnya belum memiliki kemampuan untuk itu. Ujian dilaksanakan secara daring menggunakan google form. Siswa dari rumah masing-masing busa mengerjakan secara langsung penilaian yang diberikan dengan tenggang waktu yang sudah ditentukan. Dan di waktu itu, ujian dapat terlaksana dengan baik, walaupun masih ada hal yang bisa dimaksimalkan oleh pihak sekolah maupun siswa.


Belajar dari pengalaman tersebut, SMP Regina Pacis terus berbenah terhadap sistem penilaian daring. Mulai dari memaksimalkan penggunaan google form dan juga memaksimalkan penggunaan virtual meeting ketika penilaian. Hal ini dilakukan terus menerus agar siswa dan juga guru terbiasa melakukan penilaian dan pembelajaran secara jarak jauh.


Pada tahun pelajaran 2021/2022 ini telah dilaksanakan dua kali penilaian secara daring, yakni Penilaian Tengah Semster 1 (PTS 1) dan Penilaian Akhir Semester 1 (PAS 1). Kedua penilaian ini dilaksanakan secara daring dengan menggunakan virtual meeting. Jika awalnya siswa masih banyak mengalami kendala dalam penilaian, lambat laun siswa mulai terbiasa dan juga bisa mengatasi kendala yang dihadapi.


Hal yang menjadi perhatian penting ketika penilaian dilaksanakan secara jarak jauh adalah seberapa disiplin dan jujur, para siswa dalam mengikuti penilaian ini.


Dalam hal kedisiplinan, siswa SMP Regina Pacis dituntut untuk selalu disiplin, baik ketika berada di lingkungan sekolah maupun di rumah (ketika pembelajaran jarak jauh). Hal ini mulai digalakkan ketika para siswa, setiap pagi sebelum memulai pembelajaran, wajib mengikuti Pembiasaan Pagi bersama wali kelas. Dalam Pembiasaan Pagi tersebut, dilaksanakan presensi terhadap siswa. Wali kelas bisa langsung mencari siswa yang tidak bergabung dalam virtual meeting.


Kebiasaan ini yang juga dibawa dalam penilaian, bahwa siswa wajib hadir sebelum penilaian dilaksanakan. Setelah siswa bergabung dalam virtual meeting dengan menggunakan akun zoom sesuai ketentuan, siswa melakukan pembiasaan pagi bersama. Setelah itu, siswa masuk ke ruang kelas virtual mereka masing-masing dan mulai melaksanakan penilaian.


Lalu bagaimana dengan siswa yang terlambat? Siswa yang terlambat akan diterima ke dalam ruang meeting setelah soal dibagikan. Siswa wajib masuk ke ruang panitia untuk menjelaskan alasan keterlambatan dan tidak mendapatkan waktu tambahan untuk pengerjaan soal. Jadi, tingkat kedisiplinan siswa sangan dibutuhkan jika mereka tidak mau waktu mengerjakan soal terpotong.


Jujur merupakan kata dasar dari kejujuran. Dalam KBBI, jujur memiliki arti

  1. a lurus hati; tidak berbohong (misalnya dengan berkata apa adanya)

  2. a tidak curang (misalnya dalam permainan, dengan mengikuti aturan yang berlaku): mereka itulah orang-orang yang -- dan disegani

  3. a tulus; ikhlas.

Pada dasarnya sikap jujur merupakan sikap yang harus disadari oleh diri sendiri. Jika ingin berlaku tidak jujur, pasti setiap manusia memiliki celahnya masing-masing. Kalau berbicara mengenai ketidak kejujuran, ketika pembelajaran/penilian tatap muka pun, ketidak jujuran bisa saja terjadi.


Sekolah sejauh ini mengusahakan kejujuran selama penilaian dengan cara siswa wajib menghidupkan kamera ketika penilaian. Pengawas akan menjaga dan mengawasi setiap tingkah laku siswa, dan jika dirasa ada siswa yang mungkin akan melakukan tindakan tidak jujur, pengawas bisa menegurnya secara langsung.


Tapi pada dasarnya, sikap disiplin dan juga jujur kembali lagi kepada kesadaran diri masing-masing. Konsekwensi dari tindakan manusia akan dirasakannya sendiri baik di masa ini atau pun di masa yang akan datang. Semoga semua tingkah laku kita bisa membawa diri menjadi lebih baik.

*Dokumentasi Penilaian dapat dilihat di instagram SMP Regina Pacis Bogor