Wisata belajar

Menilik tradisi, merawat bumi

Rico Aditama, S.Hum.

13 Desember 2021

Dewasa ini, di tengah pandemi COVID-19 yang terus bermutasi, dunia tetap menghadapi tantangan lama seperti pemanasan global, krisis energi, dan pencemaran lingkungan. Semua tantangan ini menghadirkan resiko bagi keberlanjutan hidup manusia. Relasi manusia dengan alam dan lingkungan masih terbatas, khususnya dalam kesadaran terhadap menjaga dan melestarikan lingkungan.

Dalam kehidupan sehari-hari, praktek pembuangan sampah sembarangan, penebangan pohon secara liar (illegal logging), dan pembangunan antara sektor fisik, memperparah kondisi yang sudah ada. Apabila tidak diantisipasi, tentu akan menghadirkan resiko bagi manusia, dalam keberlangsungan hidup masa sekarang dan akan datang. Tentunya, masyarakat Indonesia sebagai bagian dari warga negara dunia, tetap memiliki hak dan kewajiban untuk mengupayakan pelestarian alam dan lingkungan.

Beraneka tantangan di atas harusnya menyadarkan manusia, bahwa ada yang perlu dikoreksi dengan gaya hidup yang dijalani sekarang ini. Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dalam Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2021, mengatakan bahwa, “Perubahan dilakukan dengan memutar haluan dari segala cara hidup lama yang tidak berkelanjutan, untuk menemukan arus kebudayaan dari bawah yang akan melontarkan ke masa depan, dan maju ke cara hidup berkelanjutan.”

Melalui praktik-praktik sosial selama ribuan tahun, nenek moyang kita terbukti membuat kita bertahan hingga hari ini. Maka, dalam konteks tantangan hari ini, tawaran bahwa kita perlu menengok sebentar ke belakang (kebudayaan nusantara), untuk mencari jalan keluar dari dilema hari ini, perlu digalakkan. Dengan menengok ke belakang, maka kita bisa menemukan jawaban, bahwa kebudayaan Indonesia merupakan salah satu tawaran untuk mengatasi permasalahan yang ada. Hal ini dikarenakan nenek moyang kita mengutamakan hidup berdampingan dengan alam sekitar. Alhasil, Indonesia melalui inspirasi kearifan lokal mengenai sandang, pangan, dan papan, selalu membuat kita berhasil bertahan hidup sampai sekarang.

Semua nilai luhur ini yang turut menjadi rujukan dalam membentuk ideologi negara, yaitu Pancasila. Sebagai tradisi, nilai-nilai luhur yang dimiliki sekaligus dihidupi bersama oleh suatu kelompok dalam suatu bangsa, menjadikan kebudayaan dapat dimaknai sebagai identitas bangsa. Kebudayaan turut memiliki peran mendasar sebagai landasan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam sendi kehidupan masyarakat.

Dalam rangka melestarikan kebudayaan Indonesia tersebut, SMP Regina Pacis Bogor menjadikan kearifan lokal sebagai sumber inspirasi untuk menuju normal baru. Bekerjasama dengan Desa Wisata Kampung Iklim Karangtanjung, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, SMP Regina Pacis Bogor mengadakan kegiatan Study Tour Virtual /Wisata Belajar Virtual. Kegiatan ini diselenggarakan dengan tujuan mengenalkan kearifan lokal, yakni tradisi wiwitan dan pengolahan limbah plastik kepada peserta didik. Kegiatan dilaksanakan melalui aplikasi Zoom Meeting, 9 Desember 2021.

Desa Wisata Karangtanjung merupakan kampung iklim yang dikembangkan oleh warganya menjadi sebuah desa wisata sejak tahun 2016. Mengutip tulisan Katharina Menge, November 2021, berawal ketika Karangtanjung mendapatkan juara satu lomba kampung iklim tingkat Kabupaten Sleman tahun 2016. Dengan berfokus pada pemanfaatan lingkungan, desa Karangtanjung berkontribusi dalam pencegahan kerusakan iklim.

Ada dua hal yang dipelajari oleh peserta didik dalam Wisata Belajar Virtual kali ini. Dua hal tersebut adalah mempelajari Tradisi Wiwitan Masyarakat Jawa dan juga pengolahan limbah plastik.

Tradisi Wiwitan merupakan tradisi di kalangan petani yang telah ada sejak dahulu. Tetapi, karena perkembangan zaman, tradisi ini semakin luntur. Dalam kegiatan Wisata Belajar, peserta didik SMP Regina Pacis Bogor disuguhi prosesi Wiwitan di Desa Karangtanjung.

Pemandu menjelaskan bahwa wiwitan diawali dengan iring-iringan warga dengan membawa gunungan berisi padi kering, buah-buahan, dan sayur, serta ingkung ayam dan sego gurih. Iring-iringan tersebut kemudian berangkat menuju sawah untuk pelaksanaan upacara wiwitan.

Setibanya di area persawahan, warga menggelar doa, mengucap rasa syukur atas panenan padi musim ini. Sebagai simbol, beberapa warga menggunakan ani-ani atau alat seperti pisau kecil untuk memotong padi dengan hati-hati. Seusai berdoa, warga kemudian bersama-sama makan nasi gurih yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Lebih lanjut, Petrus Eko, koordinator Desa Wisata Karangtanjung mengatakan bahwa, wiwitan ini merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan karena hasil panen tanaman padi cukup baik. Tradisi wiwitan merupakan salah satu bentuk budaya Jawa untuk mengungkapan rasa syukur kepada Tuhan (Dalam kepercayaan tradisional kepada Bumi dan Dewi Sri/Dewi Padi) yang telah menumbuhkan padi hingga siap panen.

Kegiatan kedua adalah pengolahan limbah plastik. Sebelum kegiatan dimulai, peserta didik diwajibkan menyiapkan limbah plastik yang ada di sekitar mereka, seperti bekas bungkus kopi, bungkus santan instan, dan beragam limbah plastik lainnya. Di kegiatan Wisata Belajar ini, peserta didik diajarkan bagaimana cara untuk menghasilkan produk kerajinan, seperti tas, tempat pensil, tempat barang-barang kecil, dan lain sebagainya. Peserta didik bisa meniru dan mempraktekannya langsung, meski secara virtual.

Melalui acara ini peserta didik bisa belajar tentang makna kehidupan bahwa sebagai manusia, kita tidak hanya sebatas mengambil, tapi juga berkewajiban merawat dan melestarikan alam yang telah diwariskan. Selain itu, peserta didik juga dikenalkan nilai-nilai luhur untuk menangkal pengaruh eksternal-negatif dengan melestarikan, memajukan, dan mengembangkan nilai-nilai kebudayaan nusantara.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan merupakan unsur utama bagi bangsa karena identitas suatu bangsa dapat terejawantahkan. Dalam skala luas, pelestarian dan pemajuan budaya dapat memberikan manfaat bagi negara untuk memperkuat perekonomian dengan mengembangkan industri pariwisata di sektor ini. Sedangkan dalam konteks relasi, akan terbentuk fondasi etik dan landasan fundamental kehidupan berbangsa dan bernegara yang secara potensial akan berujung pada keberlanjutan manusia di masa sekarang dan akan datang, dalam persatuan dengan alam dan lingkungan.

Indonesia sebagai bagian dari warga dunia, dengan keragaman budaya nusantara, dari Sabang hingga Merauke, dengan ciri khasnya masing-masing dalam hal tradisi (terkait dengan nilai-nilai luhur yang membudaya di dalam masyarakat), dapat turut serta menjaga dan melestarikan lingkungan, dalam upaya mengatasi permasalahan perubahan iklim dan pemanasan global.


*Dokumentasi Wisata Belajar dapat dilihat di instagram SMP Regina Pacis Bogor